Hama kelulut


Berbagai hama dan predator bisa mengancam kelangsungan hidup koloni lebah kelulut. Hama dan predator bisa menyebabkan koloni musnah, atau setidaknya menurunkan produktivitasnya. Binatang pengganggu bagi kelulut antara lain:
- ketip (Coleoptera: Nitidulidae)

- lalat buah (Drosophila melanogaster)
- BSF (Black Soldier Flies)
- semut
- laba-laba
- cicak dan tokek
- kadal
- kodok
- seriti/walet

Untuk mengurangi resiko serangan hama parasit maupun predator, disarankan untuk:
-Tidak membuka sarang/kotak jika tidak perlu
-Melakukan pemantauan rutin
-Menjaga kebersihan lingkungan
-Segera mengisolasi koloni jika terserang parasit
-Rutin membersihkan sarang laba-laba
-Memberi antisemut: kapur/oli bekas

-Untuk serangan seriti bisa dicoba dengan memasang benda-benda berkilauan di sekitar peternakan, seperti bekas piringan-piringan Compact Disk (CD) yang digantungkan di sekitar lokasi ternak.

Memindahkan stup koloni kelulut



Mengetahui perilaku lebah menjadi hal yang wajib diketahui oleh seorang pembudidaya lebah kelulut. Salah satunya dalam hal memindahkan stup-stup koloni aktif. Lebah, termasuk kelulut, memiliki ingatan yang kuat di mana sarang mereka berada. Lebah akan selalu kembali ke lokasi di mana sarang mereka berada. Kesalahan pemindahan bisa berujung berkurangnya jumlah lebah pekerja karena tersesat/tidak bisa menemukan rumah. Sehingga dalam melakukan pemindahan stup perlu dilakukan dengan teknik-teknik khusus.

Pemindahan dalam jarak dekat
Jika pemindahan stup hanya beberapa meter saja, maka pindahkan sedikit demi sedikit, kurang dari 1 meter setiap hari. Pastikan bahwa tidak ada stup-stup yang berdekatan untuk menghindari bentrok antar koloni.
 
Pemindahan jarak jauh:
•Sebelum pemindahan, pintu sarang harus ditutup setidaknya 2 hari (pastikan terdapat cadangan makanan yang cukup). Penutup bisa menggunakan kapas, kain kasa, atau strimin nyamuk untuk kelulut besar.
(Penutupan ini bertujuan untuk menghapus memori lebah dalam mengingat rumah mereka)
•Pindahkan ke tempat yang dikehendaki.
•Buka penutup pintu dan biarken lebah melakukan orientasi terhadap tempat baru mereka, biasanya lebah akan beterbangan di depan sarang.


Pengetahuan mengenai teknik pemindahan stup ini penting diketahui untuk menghindari berkurangnya jumlah lebah pekerja, karena tersesat dan tidak bisa menemukan sarang mereka.

Menempatkan stup lebah kelulut


Perhatikan Lokasi!
Kunci awal keberhasilan budidaya lebah adalah lokasi yang tepat yang mendukung budidaya. Analisa daya dukung untuk memulai budidaya lebah kelulut ada di artikel yang telah terbit sebelumnya. Kriteria umum lokasi yang ideal sebagai tempat budidaya kelulut sebagai berikut:

-Beriklim sejuk, potensi pakan melimpah sepanjang tahun, tersedia air
-Lokasi di mana secara alami banyak dijumpai koloni liar: sekitar hutan & agroforest. 


Bagaimana menempatkan stup kelulut?
Setelah mendapatkan lokasi yang ideal, tentunya kita juga perlu tahu tips dan trik untuk mengoptimalkan budidaya lebah yang kita kelola. Salah satu hal yang penting kita ketahui adalah penempatan stup-stup lebah yang kita pelihara. Ada beberapa tips agar budidaya kita berhasil:

1. Tempatkan stup lebah menghadap arah matahari terbit 
Semakin cepat stup lebah terkena cahaya matahari pada pagi hari, sehingga lebah-lebah segera menjalani aktivitasnya. Perlu diingat bahwa nektar tersedia melimpah pada pagi hari, dan akan menguap saat terkena panas matahari.

2. Posisikan stup dekat dengan sumber pakan
Semakin dekat dengan sumber pakan, waktu jelajah lebah dalam mengumpulkan pakan berupa nektar dan serbuk sari menjadi lebih cepat. Begitu juga energi yang dibutuhkan untuk hilir mudik mengunjungi bunga-bunga sumber pakan jadi lebih efisien.


3. Letakkan stup di tempat yang terlindung dari panas pada siang hari dan terlindung dari hujan

Agar kelulut lebih nyaman, dan stup lebih awet; maka jagalah dari paparan sinar matahari  dan hidarkan dari percikan air hujan.

4. Penempatan dalam rak vs tiang individual
- Kelulut kecil, terutama Tetragonula laeviceps, dapat diletakkan berdekatan dalam rak bersusun
- Kelulut besar, seperti marga Heterotrigona, Geniotrigona, Tetrigona, dll diletakkan berjauhan. Beri jarak 2-3 meter. Berikan variasi arah hadap maupun ketinggian dari tanah.

5. Tiang penyangga harus diamankan dari jangkauan semut dan binatang pengganggu lain.



Bagaimana mendapatkan koloni kelulut?


Memulai memelihara lebah tanpa sengat artinya perlu mengetahui bagaimana cara mendapatkan koloni lebah yang akan dipelihara. Sebelumnya perlu diperhatikan beberapa hal penting agar tidak menemui kegagalan. Pertama, pastikan bahwa jenis lebah yang dipelihara sesuai dengan kawasan sebaran alaminya. Mendatangkan jenis lebah dari luar kawasan sebaran alaminya bisa beresiko merusak keseimbangan ekosistem, misalnya memunculkan kompetisi dengan jenis lokal, baik dalam mendapatkan sumber pakan maupun tempat bersarang. Kedua, pastikan jenis yang akan dipelihara sesuai dengan daya dukung lingkungan lokasi budidaya yang kita sediakan. Jangan memaksakan untuk memelihara jenis-jenis yang membutuhkan habitat hutan dengan kualitas vegetasi yang bagus ke lokasi marginal. Beberapa jenis kelulut bahkan membutuhkan getah spesifik seperti tanaman damar (dan sejenisnya) seperti Tetrigona apicalis, T. binghami, Tetragonilla spp., dll.

Untuk mendapatkan koloni lebah kelulut, bisa dilakukan dengan berbagai cara:
1. Membeli dari penyedia koloni
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membeli kelulut antara lain:
- Pastikan penjual koloni terpercaya.
- Memilih koloni yang sehat, dengan kasta yang lengkap dan proporsional.

2. Membuat perangkap lebah
- Perangkap bisa dibuat dari benda berongga, seperti ruas bambu, botol bekas yang dilapis dengan pelapis gelap, atau stup (box) kayu.
- Perangkap dilumuri dengan propolis (getah material sarang lebah tanpa sengat).
- Perangkap dipasang di lokasi-lokasi strategis, di mana banyak koloni liar.

3. Eduksi
Teknik ini biasa disebut dengan teknik cangkok koloni. Prinsip kerja teknik ini adalah menyambungkan pintu sarang lebah kelulut ke dalam stup (kotak) baru yang masih kosong. Lebah yang keluar masuk sarang harus melewati stup kosong tersebut. Biasanya untuk mempercepat proses pembentukan koloni baru, ditambahkan telur-telur lebah jenis yang sama ke dalam kotak baru.
 

4. Memindahkan koloni liar ke dalam stup
Memindahkan koloni liar ke dalam kotak budidaya atau stup termasuk beresiko tinggi, sehingga diperlukan bekal pengalaman dan keterampilan yang memadai. Banyak kasus proses pemindahan ini justru berakhir pada musnahnya koloni lebah.
- Mencari koloni, diusahakan pagi hari, mencari di tempat dimana banyak ditemukan banyak Trigona beterbangan. Biasanya dekat dengan sumber air/ daerah yang lembab, cenderung menyukai daerah terbuka.
- Usahakan memakai perlindungan diri (topi lebah, pakaian tertutup.)
- Membuka sarang dengan hati-hati.
- Memindahkan semua isi sarang. Brood, lebah-lebah muda, dan pastikan ratu terbawa. Beri bekal makanan berupa madu dan polen. Pot madu dan pollen yang telah rusak sebaiknya tidak dimasukkan agar tidak mengundang semut dan serangga pengganggu.
- Berikan getah dan serpihan material sarang untuk direkonstruksi lebah
- Segera tutup kotak dengan rapat.
- Amankan dari jangkauan binatang pengganggu: lalat buah, semut, cicak, laba-laba.
- Bersihkan serpihan-serpihan sarang lama di lokasi pemindahan agar tidak membuat lebah kebingungan.
- Pindahkan sarang setelah lebah beradaptasi. Paling aman adalah menunggu satu generasi menetas.

Tetragonula laeviceps



Tetragonula laeviceps adalah jenis lebah tanpa sengat yang paling banyak dibudidaya di Jawa. Jenis ini dideskripsi oleh Smith (1857) dengan nama Trigona laeviceps. Belakangan jenis ini dimasukkan ke dalam marga Tetragonula. Laeviceps seperti kebanyakan anggota marga Tetragonula merupakan jenis lebah tanpa sengat berukuran kecil. Panjang tubuhnya kurang dari 4 mm. Tubuh berwarna hitam, dengan ujung tungkainya sedikit kemerahan. 

Sebaran laeviceps tergolong luas, terutama di kawasan Asia Tenggara. Jenis yang sangat adaptif, cukup mudah dijumpai di sekitar kita, dari pedesaan sampai perkotaan. Habitat bersarang bagi jenis ini juga sangat variatif, kebanyakan mereka membangun sarang di dalam ruas bambu dan celah-celah bangunan. Meskipun terkadang dijumpai di tempat-tempat yang tak terduga, seperti paralon bekas, kaleng bekas, dll. 


Jenis klanceng ini paling banyak dibudidayakan oleh peternak tradisional, karena sifatnya yang mudah dipelihara, dan modal relatif ringan. Peternak laeviceps biasanya memindahkan koloni liar ke dalam stup sederhana. Dengan ukuran tubuhnya yang kecil, produktivitas madu laeviceps sebenarnya cukup baik. Dalam kondisi lingkungan yang relatif baik, satu koloni bisa menghasilkan 30-50 ml dalam waktu 3 bulan. Jenis klanceng ini cocok dipelihara sebagai usaha sampingan masyarakat di pedesaan.

Taksonomi
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Bangsa: Hymenoptera
Suku: Apidae
Tribus: Meliponini
Marga: Tetragonula Moure 1961
Jenis: Tetragonula laeviceps Smith 1857








Merumahkan lebah tanpa sengat


Untuk bisa memelihara lebah madu, kita perlu menyiapkan media yang akan digunakan sebagai tempat meletakkan koloni yang kita pelihara. Rumah lebah, bisa dibilang begitu. Sederhananya, rumah lebah adalah media tempat hidup koloni. Ada banyak bentuk dan rupa rumah lebah, stup atau peti lebah adalah yang paling umum digunakan. Demikian pula untuk pemeliharaan lebah tanpa sengat (Trigona).

Pada prinsipnya, rumah lebah merupakan wadah buatan yang digunakan untuk pemeliharaan lebah, menjadi tempat hidup dan berkembang biak suatu koloni lebah. Di dalam media sarang ini lebah membangun sarang, meletakkan telur-telur sampai menetas, merawat lebah-lebah muda, menyimpan cadangan makanan. Kelangsungan hidup satu koloni tergantung pada media sarang ini.

Stup berbentuk kotak yang terbuat dari papan kayu adalah tipe yang biasa digunakan. Bentuk stup lebah perlu disesuaikan dengan karakteristik lebah yang akan dipelihara. Hal ini karena tiap jenis lebah tanpa sengat memiliki konfigurasi bentuk sarang yang berbeda-beda. Sebenarnya belum ada yang membuat aturan baku dalam mendesain kotak sarang bagi lebah trigona. Sebagian besar berdasarkan pengalaman para peternak lebah, karenanya bisa kita jumpai banyak variasi model atau desain stup.

Stup untuk koloni lebah dari jenis Tetragonula laeviceps biasanya berbentuk kotak memanjang dengan posisi lubang pintu sarang di bagian depan. Ukuran volume yang biasa dipakai adalah 12x10x30 cm. Untuk memudahkan pemanenan madu dan beebread, bagian tengah kotak bisa diberikan sekat sebagian yang memisahkan kotak menjadi dua kompartemen, bagian depan untuk penempatan brood, bagian belakang untuk penyimpanan madu.

Sedangkan untuk jenis lebah tak bersengat jenis Heterotrigona itama, biasanya kotak berbentuk memanjang ke atas, lubang pintu pada satu sisi. Mengingat ukuran tubuh itama yang lebih besar, maka ukuran kotak juga lebih besar. Kami mengembangkan stup untuk brood berukuran volume 15X15X18 cm. Pemelihara lebah itama juga bisa menggunakan sistem topping, di mana sarang lebah dipertahankan di log kayu, dan ditambahkan kotak untuk penyimpan madu yang diletakkan di bagian atasnya.

Selain stup papan kayu, masih ada banyak variasi jenis material maupun desain rumah lebah tanpa sengat. Para pembudidaya jenis laeviceps menggunakan bermacam-macam media sarang, seperti bambu, gerabah, dan batok kelapa. Laeviceps merupakan jenis lebah kecil yang adaptif dan paling mudah dibudidaya.

Istilah-istilah dalam dunia perlebahan


Berikut ini daftar istilah yang biasa digunakan dalam dunia perlebahan. Definisi yang diberikan dalam tulisan ini bukan definisi baku, hanya bertujuan untuk memberikan penjelasan sederhana.

API: Asosiasi Perlebahan Indonesia

Apiari: lokasi/farm budidaya lebah

Apikultur: pembudidayaan lebah

Apis: salah satu marga lebah, beranggotakan lebah-lebah madu bersengat

Batumen: bahan baku sarang lebah tanpa sengat berupa getah tanaman yang dicampur dengan padatan

Brood: kumpulan telur, larva, pupa

Beebread: produk lebah, makanan bagi larva lebah

Beepollen: produk lebah berupa hasil pemanenan serbuk sari bunga

Beeswax: lilin lebah, sekresi dari kelenjar di ‘perut’ lebah

Cerumen: bahan baku sarang lebah tanpa sengat, terdiri dari getah tanaman sebagai komponen utama dan diperkaya dengan lilin dari sekresi lebah

Drone: lebah berjenis kelamin jantan

Fondasi sarang: produk komersial yang terbuat dari lilin lebah, digunakan pada peternakan lebah komersial, berfungsi sebagai substrat di mana lebah membangun sarang pada lebah Apis

Kasta: pengelompokan lebah berdasar fungsi dalam koloni: ratu, betina pekerja, drone

Koloni: kesatuan lebah yang hidup bersama dalam satu sarang, terdiri dari kasta yang lengkap dan fungsional termasuk brood di dalamnya

Larva: fase setelah telur menetas, bentuknya menyerupai belatung

Madu: cairan kental yang rasanya manis, hasil dari nectar yang telah diproses secara enzimatis dan pengurangan kadar air oleh lebah, disimpan dalam kantong-kantong madu

Meliponikultur: budidaya lebah tanpa sengat (kelulut/trigona/teuweul)

Metamorfosis: perubahan fase kehidupan serangga, antara lain telur, larva, pupa, dewasa

Nektar: cairan manis yang dihasilkan kelenjar nektarin pada bunga atau bagian lain dari tanaman. Dipanen lebah sebagai sumber energi

Nuc/nucleus colony: koloni bibit yang masih kecil yang dihasilkan melalui teknik perbanyakan koloni

Pot: kantung penyimpanan pada lebah tanpa sengat, meliputi pot telur, pot madu, pot pollen

Pollen: tepung sari, butir-butir halus pada bunga, berfungsi sebagai gamet jantan. Dipanen oleh lebah sebagai sumber protein

Propolis: getah tanaman yang diambil oleh lebah sebagai perekat pada sarang pada lebah Apis, atau material sarang pada lebah tanpa sengat

Pupa: fase setelah larva, kepompong

Ratu lebah: salah satu kasta lebah, merupakan pemimpin bagi satu koloni. Merupakan betina fertile. Umumnya hanya satu individu pada tiap koloni

Royal jelly: cairan kental yang dihasilkan kelenjar hipofaring, kaya akan protein, pakan utama ratu dan larva yang masih sangat muda

Sisiran: sarang lebah tempat menyimpan brood, maupun cadangan makanan, terbuat dari lilin lebah

Stup: kotak sebagai rumah/sarang bagi koloni lebah

Trigona: nama marga bagi lebah tanpa sengat, di Indonesia secara populer biasa digunakan untuk menyebut kelompok lebah tanpa sengat secara umum

Varrhoa: tungau parasit pada lebah


Kunci sukses budidaya lebah: penilaian lingkungan


Langkah awal dalam menyiapkan pemeliharaan lebah adalah menilai daya dukung lingkungan. Penilaian ini penting untuk menentukan layak atau tidaknya memelihara lebah di suatu lokasi. Kelayakan ini juga mempertimbangkan jenis lebah yang akan dipelihara, dan jumlah koloni yang akan dipelihara. Setiap jenis lebah memerlukan kondisi lingkungan yang spesifik. Tiap jenis juga memiliki toleransi yang berbeda. Di Indonesia, meskipun perkembangan perlebahan cukup pesat, akan tetapi literatur yang lengkap mengenai penilaian lingkungan ini masih sangat terbatas, dan umumnya masih bersifat kualitatif.

Aspek lingkungan yang pertama dinilai adalah kondisi fisik lingkungan. Parameter yang bisa dilihat misalnya temperatur dan kelembaban udara, serta curah hujan rata-rata tahunan. Lokasi ideal untuk budidaya lebah memiliki suhu udara yang sejuk (tidak panas namun juga tidak dingin). Suhu 20-30 C menjadi kisaran ideal. Curah hujan yang sangat tinggi menyebabkan lebah kurang aktif. Selanjutnya, komponen yang diidentifikasi adalah potensi sumber pakan (baik penghasil nektar maupun serbuk sari), sumber propolis, maupun keberadaan air. Potensi sumber pakan harus terpenuhi sepanjang tahun, dan jumlahnya melimpah. Informasi mengenai periode pembungaan dari berbagai jenis tanaman mutlak diketahui seorang pembudidaya. Untuk mengetahui ketersediaan pakan, seorang pembudidaya wajib memiliki kalender pembungaan. Pembudidaya biasanya menanam tanaman berbunga sepanjang tahun sebagai cadangan dalam masa-masa krisis.

Lebah memiliki radius jelajah terbang tertentu, tergantung dari jenisnya. Daya jelajah ini dijadikan pertimbangan dalam penilaian daya dukung lingkungan. Usahakan penempatan koloni lebah sedekat mungkin dengan sumber pakan. Selain untuk pertimbangan potensi pakan dan material sarang lebah dalam radius jelajah, juga perlu diperhatikan potensi ancaman bagi koloni lebah, misalnya potensi lahan pertanian yang menggunakan pestisida. Lokasi yang ideal untuk pemeliharaan lebah harus bebas dari paparan pestisida.

Penilaian kondisi lingkungan menjadi kunci awal kesuksesan budidaya lebah. Pembudidaya yang melalaikan penilaian lingkungan seringkali menemukan kendala di belakangnya, seperti lebah yang tidak pernah menghasilkan madu, atau bahkan koloni lebahnya semakin habis.



Tipe-tipe pembudidaya lebah


Interaksi antara manusia dengan lebah telah berlangsung sejak ribuan tahun. Orang-orang memanfaatkan madu yang dihasilkan lebah sebagai bahan pemanis, pengobatan, maupun penggunaan lainnya. Untuk mempermudah mendapatkan madu, maka orang-orang mulai memelihara lebah, dan berkembang hingga saat ini. Dewasa ini, pemelihara/pembudidaya lebah memiliki beberapa tujuan masing-masing. Jika dirangkum, mungkin bisa dibagi menjadi 4 tipe pemelihara lebah.

1. Pemelihara lebah komersial
Pemelihara lebah tipe ini menjadikan kegiatannya sebagai sumber penghasilan utama, dengan menjual produk-produk lebah (madu, pollen, propolis, maupun turunannya), atau menjual koloni kepada pemelihara lebah lainnya. Mereka memiliki koloni lebah dengan jumlah koloni yang besar, lebih dari 200 koloni.

2. Pemelihara lebah part time
Tipe ini mengambil manfaat ekonomi dari usaha memelihara lebah, sebagaimana tipe pertama, namun hanya sebagai usaha sampingan. Jumlah koloni yang dipelihara tidak terlalu banyak.

3. Pemelihara lebah ‘peneliti’
Tipe ini memelihara lebah untuk mempelajari segala seuatu tentang lebah menggunakan kaidah ilmiah. Mereka mengamati, melakukan serangkaian percobaan, mencatat/mendokumentasikan, dan mempublikasikan hasil penelitiannya; sehingga memberikan kontribusi dalam perkembangan teknik pemeliharaan lebah, maupun ilmu perlebahan secara umum.

4. Pemelihara lebah hobi
Tipe yang terakhir ini memelihara lebah sekedar untuk bersenang-senang. Mereka kemungkinan bahkan tidak memanen madu atau produk lebah lainnya. Atau kalaupun mengambil, bukan untuk dijual kepada orang lain. Mereka mendapatkan kepuasan jiwa dari kegiatan memelihara dan merawat lebah-lebahnya.

Tentu saja pengelompokan di atas tidak bisa diterapkan dengan kaku. Artinya, seorang pemelihara lebah bisa masuk dalam lebih dari satu tipe. Misalnya ada juga pemelihara lebah komersil yang melakukan penelitian, atau seorang peneliti lebah yang memanen produk lebahnya sebagai usaha sampingan. Anda termasuk tipe yang mana?

Alur budidaya lebah ala Inabee


Apakah Anda berencana untuk membudidaya lebah? Bagaimana cara mempersiapkan budidaya lebah? Berikut ini kami coba rangkum langkah-langkah pengembangan usaha budidaya lebah. Gambaran tentang seberapa tingkat kesiapan, bisa diperoleh dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami siapkan.

1. Tahap persiapan
Apa niat/motivasi anda membudidayakan lebah?

Banyak motivasi orang membudidaya lebah, antara lain sebagai usaha utama, sebagai usaha sampingan, sebagai sebuah projek penelitian, atau sekedar sebagai hobi. Tentu saja masing-masing motivasi di atas memberikan konsekuensi masing-masing, misalnya terkait dengan model pemeliharaan, besaran usaha, kebutuhan lahan, dll.

Sudah layakkah lingkungan tempat budidaya?

Lingkungan yang layak untuk budidaya lebah adalah tempat di mana suhu udara relative sejuk, tidak sangat panas, dan tidak sangat dingin. Tersedia banyak sumber pakan. Di sini seorang peternak dituntut untuk membuat kalender pembungaan, dan pastikan pakan tersedia sepanjang tahun.

Jenis lebah apa yang akan anda pelihara?
Ada banyak jenis lebah yang bisa dibudidaya, secara umum bisa dibagi dua kelompok yaitu lebah bersengat (Apis spp) dan lebah tanpa sengat (Trigona spp). Masing-masing jenis lebah tentunya membutuhkan perlakuan yang berbeda-beda.

Sudah lengkapkah alat dan bahan yang diperlukan?
Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk budidaya lebah Antara lain alat pertukangan untuk membuat stup, alat budidaya seperti smoker, topi lebah, pisau, wadah madu, ekstraktor madu/alat sedot madu, dll. Kebutuhan peralatan tergantung jenis lebah yang dipelihara.

2. Pengelolaan
Bagaimana desain stup yang akan anda gunakan?

Desain stup tentu saja ditentukan oleh jenis lebah yang dipelihara. Jika desain ini tidak cocok maka bisa dipastikan hasilnya tidak optimal, atau bahkan menemui kegagalan.

Bagaimana cara anda mendapatkan koloni lebah?
Ada banyak cara mendapat koloni, misalnya membeli dari penjual koloni, mengambil dari alam, memperbanyak sendiri, dll. Jika Anda berencana membeli koloni, pastikan kepada penjual terpercaya, dan koloni yang dibeli adalah koloni yang sehat dan produktif. Inabee merekomendasikan untuk menyesuaikan jenis lebah yang dipelihara sesuai sebaran alaminya, dan sesuai preferensi habitat.

Dimana akan anda tempatkan lebah-lebah?
Lebah-lebah membutuhkan area yang ideal dimana banyak sumber bakan dan bahan material sarang (terutama untuk lebah tanpa sengat yang membutuhkan getah atau resin tanaman). Lebah juga membutuhkan air bersih. Pastikan itu semua tersedia di area budidaya.

Apa saja perawatan yang diperlukan?
Tiap jenis lebah yang dipelihara membutuhkan perawatan tersendiri.

Bagaimana mengantisipasi hama dan binatang pengganggu?
Hama bagi lebah Apis misalnya kutu Varrhoa, wax moth, dan hive beetle. Hama lebah tanpa sengat misalnya ketip, black soulder flies, dan lalat buah. Binatang pengganggu seperti semut, laba-laba, cicak, seriti, dll.

3. Pengembangan
Bagaimana anda akan memperbanyak koloni?

Untuk bisa berkembang menjadi lebih besar maka anda perlu memperbanyak jumlah koloni yang dikelola. Teknik perbanyakan koloni perlu dikuasai oleh seorang peternak.

Bagaimana anda meningkatkan kualitas lingkungan?
Dengan semakin bertambahnya koloni lebah, maka jumlah pakan yang dibutuhkan juga akan semakin meningkat. Perlu usaha memingkatkan kualitas lingkungan dan memperluas lahan.

4. Pemanfaatan produk
Produk dan jasa apa saja yang akan anda manfaatkan?

Produk lebah bukan hanya madu. Pengetahuan terkait pemanfaatan produk dan jasa lebah sangat diperlukan oleh peternak.

Bagaimana cara memanfaatkannya?
Baik lebah maupun produk dan jasa lebah dimanfaatkan dengan memperhatikan kelestarian lebah itu sendiri, manfaatkan dengan bijak. Produk yang berkaitan dengan bahan pangan harus dikelola dengan standar keamanan pangan.

Apakah akan mengembangkan produk turunan?
Produk turunan adalah produk hasil pengembangan, misalnya minuman jus madu yang berbahan dasar madu, atau sabun yang dibuat dari lilin lebah. Diversivikasi produk menjadi peluang untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

5. Pemasaran
Bagaimana standar kualitas produk?

Standar kualitas produk sebisa mungkin merujuk pada SNI.

Apakah produk memerlukan legal formal untuk dipasarkan?
Untuk bisa memasarkan produk yang dihasilkan, dibutuhkan sertifikat legalitas dari lembaga yang berwenang. Untuk madu misalnya dibutuhkan sertifikat PIRT bagi usaha rumahan, atau BPOM MD bagi usaha skala besar. Serifikat-sertikat lain yang bisa diupayakan seperti halal, organic, dan SNI.

Dimana anda akan memasarkan produk lebah yang anda hasilkan?
Ceruk pasar yang disasar akan menentukan citra produk yang dibangun. Mulai desain produk, skema marketing, dan penentuan harga.

Manfaat ekonomi lebah


Apikultur adalah pengelolaan/pemeliharaan koloni lebah, utamanya dengan media sarang buatan manusia. Dalam sejarahnya, manusia telah memelihara lebah dalam bejana tembikar sejak 9.000 tahun yang lalu, di Afrika. Seribu tahun sebelumnya menjadi catatan awal pemanenan madu dari lebah liar. Teknik pemeliharaan yang lebih modern dimulai 4.500 tahun kemudian. Di belahan bumi yang lain, tepatnya di benua Amerika, budidaya lebah tanpa sengat (Meliponikultur) juga telah dirintis oleh peradaban-peradaban kuno seperti Inca dan Maya. Maka hingga saat ini budidaya lebah telah berkembang sangat pesat.

Motivasi memelihara lebah utamanya adalah untuk mendapatkan madu. Pada masa-masa itu madu digunakan sebagai pemanis, obat, hingga bagian dari ritual. Sampai kemudian madu diperdagangkan. Kini, manfaat ekonomi menjadi salah satu motivasi utama orang memulai usaha budidaya lebah. Manfaat ekonomi tersebut bisa diperoleh dari penjualan produk, maupun jasa.

Madu kini menjadi komoditas yang bernilai ekonomi tinggi. Madu barangkali menjadi komoditas yang paling familiar dari budidaya lebah. Hampir semua orang menyukai madu. Kebutuhan madu juga mengalami tren kenaikan, seiring meningkatnya daya beli masyarakat. Sampai saat ini, kita belum bisa mencukupi kebutuhan dalam negri. Madu yang beredar di pasaran saat ini bahkan lebih banyak yang berasal dari impor. 


 

Bagi masyarakat di sekitar kawasan hutan, pemanenan madu Apis dorsata memberi kontribusi ekonomi yang cukup besar. Di Sumatera misalnya, satu pohon sialang bisa dihuni oleh ratusan koloni lebah. Hasil panen madu dari satu pohon tersbut bisa lebih dari satu ton. Seandainya kita asumsikan 1 ton saja, dan dihargai Rp. 70.000,- per kilo; maka setidaknya dari satu pohon bisa didapat omzet Rp. 70.000.000,-. Modal yang dikeluarkan relatif kecil, meliputi biaya penjagaan, pemanenan, pengemasan, dan pemasaran.

Di luar madu, produk-produk lain dari lebah antara lain beepollen, lilin lebah (beeswax), royal jelly, dan propolis. Beepollen dianggap sebagai superfood, sehingga harganya relatif tinggi. Lilin lebah menjadi produk sampingan, harga di pasaran bisa lebih dari Rp. 100.000,- per kilogram. Saat dibuat produk turunannya seperti kosmetik, tentu jauh lebih mahal.

Meliponikultur, yang akhir-akhir ini semakin berkembang; juga tak kalah potensial dari sisi ekonomi. Madu yang dihasilkan dari lebah berukuran kecil ini harganya jauh lebih mahal daripada madu lebah sengat. Propolis menjadi manfaat lain yang perlu menjadi catatan menarik dari meliponikultur.

Budidaya lebah juga mendorong berkembangnya usaha-usaha pendukung yang memberi manfaat ekonomi. Misalnya, munculnya usaha pepenyediaan stup dan aneka peralatan budidaya, usaha kemasan produk, dan lain-lain.

Manfaat ekonomi dari industri perlebahan memang menarik, namun bukan berarti tanpa ada tantangan dan potensi hambatan. Lazimnya memulai usaha, salah satu modal penting adalah penguasaan terhadap ilmu budidaya yang benar. Banyak kasus kegagalan usaha perlebahan yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan peternak. Kedepan, diseminasi informasi yang benar terkait perlebahan menjadi tantangan kita semua. 



Jasa lebah bagi semesta


Satu potensi besar lebah yang belum banyak tergali adalah kemampuannya dalam membantu penyerbukan bebungaan. Sebagai pengunjung bebungaan, lebah berpotensi menjadi agen polinasi bagi berbagai jenis tanaman berbunga. Lebah mengunjungi bunga untuk mengambil nektar dan serbuk sari sebagai makanan mereka. Bagi bunga, serbuk sari berfungsi sebagai pembawa gamet jantan. Putik adalah alat kelamin betina bagi bunga. Dalam proses mengumpulkan nektar dan serbuk sari inilah peluang terjadinya penyerbukan bunga. Serbuk sari seringkali menempel dalam tubuh lebah dan kemudian jatuh pada putik. Jatuhnya serbuk sari pada putik memungkinkan terjadinya pembuahan pada bakal biji di dalam bunga itu sendiri.

Lebah tanpa sengat, sebagai salah satu kelompok lebah tropis diperkirakan merupakan agen penyerbuk yang dominan di hutan tropis. Ukuran lebah tak bersengat yang kecil memungkinkan lebah mampu masuk ke bunga-bunga berukuran kecil. Meskipun berukuran kecil, namun lebah-lebah tersebut mampu menjangkau kanopi hutan, dan mengambil nektar dan serbuk sari di tajuk. Keberadaan lebah di kawasan hutan menjadi sangat vital bagi regenerasinya.

Dalam dunia pertanian, aplikasi polinator pada lahan pertanian menjadi hal yang lumrah di Negara-negara maju. Menyewa jasa penyediaan serangga penyerbuk menjadi investasi tersendiri. Saat tanaman komoditas pertanian berbunga, pemilik lahan akan mendatangkan lebah-lebah dari beekeeper atau penyedia jasa lebah pernyerbuk. Di Eropa, bumblebees atau Bombus spp. (Apidae: Bombini) dipelihara untuk menyerbukkan tanaman-tanaman budidaya, pemeliharaannya disebut bombikultur.

Aplikasi serangga polinator pada berbagai komoditas tanaman pertanian dan perkebunan terbukti bisa meningkatkan kuantitas maupun kualitas produksi. Fruit set umumnya lebih bagus, cacat biji berkurang, dll. Hasil riset yang telah teruji misalnya aplikasi lebah pada kebun kopi, aplikasi pada buah stroberi, dan aplikasi pada tanaman cabai.


Sepuluh alasan memelihara lebah


Menarik sekali mencermati salah satu dokumen FAO berjudul Bees and Their Role in Forest Livelihood (2009) yang ditulis Nicola Bradbear. Pemeliharaan lebah adalah salah satu aktivitas terbaik bagi masyarakat di sekitar hutan. Dengan membudidayakan lebah, masyarakat sekitar hutan mendapatkan manfaat langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung misalnya mendapat pemasukan finansial, setidaknya sebagai tambahan. Manfaat tidak langsungnya, hutan yang terus beregenerasi. Ada 10 alasan mengapa pembudidayaan lebah itu penting:

1. Pollinasi
Karena mengambil makanan pada bebungaan, lebah memiliki peran penting di alam yakni sebagai agen penyerbuk (polinasi). Bahkan ada ungkapan ekstrim bahwa ada jasa lebah sepertiga makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Klaim tersebut mungkin tidak akurat. Tapi bahwa lebah penting untuk penyerbukan, adalah klaim yang tidak berlebihan. Banyak pembuktian ilmiah, misalnya pada tanaman cabai, tanaman kopi, dan berbagai buah-buahan. Bagi hutan, lebah adalah jenis kunci, karena pernyerbukan berbagai tanaman hutan pun terbantu oleh mereka.

2. Madu
Bagaimanapun, pandangan masyarakat umum di seluruh dunia tentang lebah adalah sebagai penghasil madu. Madu adalah pemanis paling baik, sekaligus suplemen kesehatan yang disediakan oleh alam. Madu merupakan salah satu komoditas yang diperdagangkan sejak ribuan tahun dan selalu menjadi bagian dari peradaban dunia.

3. Beeswax dan produk lain: pollen, propolis, royal jelly
Selain madu, masih ada banyak produk perlebahan maupun turunannya. Produk yang biasa diperdagangkan antara lain lilin lebah (beeswax), beepollen, royal jelly, dan propolis. Lilin lebah dapat dijadikan berbagai produk turunan. Misalnya lilin bakar, sabun, lip balm dan aneka produk kecantikan. Industri batik juga membutuhkan lilin lebah untuk proses produksinya. 


4.Modal kecil
Besaran modal untuk memulai usaha perlebahan bisa ditekan sampai dalam kondisi sekecil mungkin. Orang-orang di sekitar hutan bisa mendapatkan lebah dari koloni liar, sebagai modal awal. Koloni-koloni induk ini kemudian bisa diperbanyak sendiri sesuai kebutuhan dan kemampuan. Peralatan untuk budidaya bisa memodifikasi sendiri (custom), karena tidak ada yang sangat baku dalam teknik pemeliharaan lebah. Bagi masyarakat sekitar hutan, makanan bagi lebah tersedia dalam jumlah melimpah, sehingga tentu saja tidak perlu biaya untuk pemberian pakan. 

5. Kepemilikan lahan tidak penting
Anda tidak perlu memiliki lahan berhektar-hektar untuk bisa memelihara lebah. Cukup lahan untuk menempatkan koloni, dan lebah-lebah akan mencari makan kemanapun sejauh daya jelajah mereka. Kalaupun tidak memiliki lahan sendiri untuk menempatkan stup lebah, ada banyak skema alternatif.

6. Tidak ada pesaing mendapat nectar dan pollen
Lebah adalah satu-satunya hewan ternak yang mengeksploitasi nektar dan pollen.

7. Menumbuhkan sektor usaha lain
Dengan menggeliatnya usaha budidaya lebah, berpotensi menumbuhkan usaha pendukung seperti penyedia stup dan alat budidaya, usaha produk turunan, wisata, dll.

8. Menumbuhkan kesadaran lingkungan / ecological awareness
Memelihara lebah menuntut pemeliharanya lebih peka dan lebih mengenal alam. Dengan budidaya lebah para peternak punya alasan finansial untuk menjaga lingkungan di sekitarnya. 


9. Semua orang bisa menjadi beekeeper  
Tidak ada persyaratan khusus untuk menjadi peternak lebah. Teknik budidaya lebah bukan teknik yang sangat rumit. Bagi mereka yang tidak tahan sengatan lebah, masih ada alternatif lebah tanpa sengat yang bahkan harga madunya lebih mahal.

10.Budidaya lebah ramah lingkungan
Peternakan lebah tidak menimbulkan dampak buruk bagi alam asal dilakukan dengan bijak. Beekeeping bahkan berpotensi meningkatkan kualitas lingkungan.

Ref:
Bradbear, N. 2009. Bees and their role in forest livelihood: A guide to the services provided by bees and the sustainable harvesting, processing and marketing of their products. FAO, Rome