Manfaat ekonomi lebah


Apikultur adalah pengelolaan/pemeliharaan koloni lebah, utamanya dengan media sarang buatan manusia. Dalam sejarahnya, manusia telah memelihara lebah dalam bejana tembikar sejak 9.000 tahun yang lalu, di Afrika. Seribu tahun sebelumnya menjadi catatan awal pemanenan madu dari lebah liar. Teknik pemeliharaan yang lebih modern dimulai 4.500 tahun kemudian. Di belahan bumi yang lain, tepatnya di benua Amerika, budidaya lebah tanpa sengat (Meliponikultur) juga telah dirintis oleh peradaban-peradaban kuno seperti Inca dan Maya. Maka hingga saat ini budidaya lebah telah berkembang sangat pesat.

Motivasi memelihara lebah utamanya adalah untuk mendapatkan madu. Pada masa-masa itu madu digunakan sebagai pemanis, obat, hingga bagian dari ritual. Sampai kemudian madu diperdagangkan. Kini, manfaat ekonomi menjadi salah satu motivasi utama orang memulai usaha budidaya lebah. Manfaat ekonomi tersebut bisa diperoleh dari penjualan produk, maupun jasa.

Madu kini menjadi komoditas yang bernilai ekonomi tinggi. Madu barangkali menjadi komoditas yang paling familiar dari budidaya lebah. Hampir semua orang menyukai madu. Kebutuhan madu juga mengalami tren kenaikan, seiring meningkatnya daya beli masyarakat. Sampai saat ini, kita belum bisa mencukupi kebutuhan dalam negri. Madu yang beredar di pasaran saat ini bahkan lebih banyak yang berasal dari impor. 


 

Bagi masyarakat di sekitar kawasan hutan, pemanenan madu Apis dorsata memberi kontribusi ekonomi yang cukup besar. Di Sumatera misalnya, satu pohon sialang bisa dihuni oleh ratusan koloni lebah. Hasil panen madu dari satu pohon tersbut bisa lebih dari satu ton. Seandainya kita asumsikan 1 ton saja, dan dihargai Rp. 70.000,- per kilo; maka setidaknya dari satu pohon bisa didapat omzet Rp. 70.000.000,-. Modal yang dikeluarkan relatif kecil, meliputi biaya penjagaan, pemanenan, pengemasan, dan pemasaran.

Di luar madu, produk-produk lain dari lebah antara lain beepollen, lilin lebah (beeswax), royal jelly, dan propolis. Beepollen dianggap sebagai superfood, sehingga harganya relatif tinggi. Lilin lebah menjadi produk sampingan, harga di pasaran bisa lebih dari Rp. 100.000,- per kilogram. Saat dibuat produk turunannya seperti kosmetik, tentu jauh lebih mahal.

Meliponikultur, yang akhir-akhir ini semakin berkembang; juga tak kalah potensial dari sisi ekonomi. Madu yang dihasilkan dari lebah berukuran kecil ini harganya jauh lebih mahal daripada madu lebah sengat. Propolis menjadi manfaat lain yang perlu menjadi catatan menarik dari meliponikultur.

Budidaya lebah juga mendorong berkembangnya usaha-usaha pendukung yang memberi manfaat ekonomi. Misalnya, munculnya usaha pepenyediaan stup dan aneka peralatan budidaya, usaha kemasan produk, dan lain-lain.

Manfaat ekonomi dari industri perlebahan memang menarik, namun bukan berarti tanpa ada tantangan dan potensi hambatan. Lazimnya memulai usaha, salah satu modal penting adalah penguasaan terhadap ilmu budidaya yang benar. Banyak kasus kegagalan usaha perlebahan yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan peternak. Kedepan, diseminasi informasi yang benar terkait perlebahan menjadi tantangan kita semua. 



Previous
Next Post »