Pemeliharaan Apis



Lebah lokal Apis cerana masih dipelihara dalam skala kecil oleh masyarakat di pedesaan terutama yang berdekatan dengan hutan. Berbeda dengan lebah unggul Apis mellifera yang dipelihara dalam peti-peti yang didesain khusus untuk produksi, dan dengan sistem penggembalaan mengikuti ketersediaan sumber pakan; lebah lokal umumnya masih dipelihara dalam gelodokan (batang kayu yang bagian dalamnya berongga) atau dalam peti sederhana, dan tidak digembala. Pemanfaatan lebah ini biasanya bersifat subsisten. Produk yang sering dimanfaatkan meliputi madu sebagai suplemen keluarga, dan anakan (pupa) sebagai sumber protein.

Dewasa ini, dunia perlebahan sedang mengalami berbagai permasalahan global. Salah satu yang mengkhawatirkan adalah hilangnya sebagian koloni lebah secara misterius. Fenomena ini dikenal sebagai colony collapse disorder (CCD). Kehilangan koloni lebah telah menjadi momok serius bagi peternakan lebah di Eropa dan Amerika. Hilangnya ribuan koloni lebah tiap tahun bukan saja mengancam persediaan madu dunia, namun juga mengancam produksi berbagai jenis komoditas pertanian. Hal ini karena lebah terbukti merupakan agen pembantu penyerbukan berbagai jenis tanaman. Dunia bahkan mempercayai bahwa ada peran lebah pada satu di antara tiga jenis makanan yang kita gigit sehari-hari. Selain berupaya untuk mengatasi CCD, dunia kini mencari alternatif jenis-jenis lebah selain mellifera untuk dibudidayakan, baik sebagai penghasil madu maupun agen penyerbuk bunga. Tak heran jika geliat pengembangan peternakan lebah non-mellifera kini mulai terasa. 

Pengembangan Hive Frame

Bagaimana dengan Indonesia? Dengan adanya ancaman CCD dan berbagai hama musuh lebah eropa seperti Varrhoa dan Nosema; maka negara kita yang kaya akan jenis lebah perlu berbenah. Kita memiliki Apis cerana dan jenis-jenis lebah potensial lainnya yang kiranya layak untuk dikembangkan sebagai pengasil madu khususnya untuk mendukung kebutuhan nasional yang saat ini masih defisit. Berhadapan dengan parasit seperti Varrhoa, jenis lebah native yang kita miliki cenderung lebih tangguh. Terlebih, jenis lebah lokal tentunya lebih cocok dengan kondisi alam di Indonesia. Diperlukan komitmen untuk pengembangan teknik pemeliharaan jenis lebah lokal, mulai dari desain peti lebah, teknik perbanyakan koloni, teknik pemanenan produk, hingga manajemen hama-penyakit. Perlu disadari pula bahwa pengembangan perlebahan seringkali berhadapan dengan permasalahan umum seperti penggunaan pestisida. Dengan begitu, kegiatan perlebahan sangat perlu didukung dengan konsep pertanian yang ramah lingkungan.